Chastity ?
Apa artinya perawan dalam kehidupan sepasang manusia?
Ketika kebebasan, keingintahuan dicampuradukkan dengan emosi, mungkin ada beberapa aspek yang bisa kita perhatikan secara bebas dan acak:
1. penjagaan harkat dan martabat
2. keingintahuan
3. ikatan moral
4. kebohongan
5. kengawuran (prihatin dengan kata2 ini!)
6. atau bilakah agama diperlukan jika pun dilakukan pada yang berlainan?
7. ilmu
Mungkin 7 points ini bisa kita cukupkan sementara.
Tentu semua ada batas toleransinya. Atau malah sebaliknya akan ada selalu ruang untuk bernegosiasi untuk suatu pemaafan dan akhirnya disudahi dan dimulai lagi dengan sesuatu yang sangat baru.
Tapi saya mengalami, selama nyawa dikandung badan, hampir mustahil semua bisa dimulai dengan yang baru. Hanya satu yang bisa menyebabkan suatu kehidupan baru: mati.
Lantas, bagaimana jika dipilih sikap pasif? Jika kita berada di pihak yang "kena", mungkin sikap pasrah atas keputusan Tuhan adalah juga suatu pilihan. Tapi sekali lagi tapi akhirnya juga akan ada pertanyaan: bisakah di antara rentang waktu pasrah dan tetap menjalankan hubungan tersebut, kita sendiri bisa konsisten menjaga diri untuk tidak juga melakukannya?
Atau jika memang cukup sulit, layakkah untuk dipercepat saja masa pasrahnya, dengan akhirnya mengambil tindakan secepatnya untuk suatu upacara suci? (ini definisi pasrah masih berlaku kah?)
OK, kita bisa, yakin bisa! (dengan pertolongan dan kekuasaan Tuhan). Tuhan Yang Maha Pemurah, Penyayang dan Pengampun. Kita ingin juga punya sifat tersebut tentunya!
...sambil berdoa terus: akankah ada rahmat dibalik semua ini?
Mungkin ketulusan yang berbuah surga. Suatu tindakan "menyelamatkan" seorang anak manusia kepada sesuatu yang dia pun pasti akan merasakan akibatnya: tersiksa dan terpukul pada keseluruhan hidupnya (?).
Ilmu: Saya telah belajar bahwa semua sikap kita harus didasarkan oleh ilmu yang hakiki. Sabar di hati saja tanpa penggunaan akal, juga sulit. Apalagi, hanya menggunakan akal, ya pasti lebih sulit lagi!
Bohong: saya pernah membaca argumen kenapa larangan berbohong ada di satu dari "Ten Commandments" (prohibition of giving false testimony)
Satu kata: ngeri!
Balik lagi, jika akhirnya kita kesulitan untuk memutuskan apa yang akan kita lakukan, perlukah dengan kedewasaan yang kita miliki, masih meminta pendapat orang tua kita ataupun orang yang kita tuakan? Dan kita serahkan keputusannya kepada mereka.
Sambil terus berharap cemas (dengan tidak tahu porsinya, besar yang mana antara harapan dan kecemasan), ridho Tuhan akan melimpahi kehidupan kita hari ini, esok, ketika mati dan kehidupan setelahnya.
Mungkin sederhana saja, dengan lirih berkata: t i d a k . . . . .
0 Comments:
Post a Comment
<< Home