Responsif terhadap Liberalisme
Penafsiran hidup selalu mempertimbangkan konteks sosial, waktu dan tempat. Adanya tiga konteks ini pada hidup yang begitu kompleks, menggiring saya pada dualisme pilihan pemikiran antara iya dan tidak pada setiap kesempatan.
Hidup yang masih juga belum berarah ini, memaksa untuk mengikutinya sesuai dengan aliran yang diciptakan. Mencoba selalu membentuk keserasian antara apa yang pernah diajarkan dengan kondisi yang ada.
Mungkin beberapa sahabat yang sering bareng, terheran dengan kelakuan yang ada (yang mereka ketemukan kemudian). Saya memaklumi…meskipun sahabat yang berada di sisi sebaliknya juga akan heran atas sikapku yang juga berpihak di sisi semula dengan sama baiknya.
Di sini sebenarnya peranan pendamping yang mengerti akan pergulatan dalam pembelajaran (belajar, dengan tujuan: yang satu dibuang dan yang satu diambil. “Kita tinggalkan pandangan seperti ini, kita menuju pandangan yang seperti ini, marilah kita memandang seperti ini.”), menuju ke suatu penyederhaan sikap yang berujung pada suatu kebahagiaan yang sejati; menjadi sangat penting bagiku. Mungkin dia, yang sangat kucintai, sudah mencapai kebahagiaan itu. Cantikku, tunggu aku ya…! Muah…
….Duh Gusti, paringono sabar … (Happy 9th anniversary: Declaration of Love, 29 July)
0 Comments:
Post a Comment
<< Home