Friday, March 03, 2006

Kepantasan

Pertama kali saya mendengar kata “pantas” yang benar-benar menancap di pikiran saya, adalah ketika saya diberi nasehat oleh teman yang lebih tua, waktu itu beberapa hari setelah istri tercinta pergi ke hadirat Ilahi: “Rul, mati itu kapan saja pantas; bayi mati, pantas; umur 6 tahun mati, pantas; SD mati, pantas; SMP mati, pantas; pas di bangku kuliah mati, pantas; udah umur 30, pantas; tua bangka juga pantas; orang kuat mati, pantas; orang pintar atau bodoh mati, pantas…” ... Pokoknya mati itu kapan saja pantas.

Memang ini adalah kepantasan yang mutlak. Semua orang akan mengakui kepantasan ini. Meskipun belum tentu jika ia mengalami sendiri, dia akan bisa menerimanya dengan cukup lapang dada.

Tapi setelah satu tahun itu berlalu, ada kepantasan-kepantasan lain yang membingungkan dalam kehidupan ini. Terutama kepantasan bertindak bagi diri sendiri atau pada teman kita yang kebetulan kita mendengar atau melihat tindakannya.

Pantas yang ini kadang memang subyektif dan tidak selalu logis. Malah kadang-kadang, sempat berpikir pantas ini berukuran “pokoknya”.

Di sini saya mulai memandang dunia. Dari yang bilang: “that was other’s destiny, why should you have responsibility on it?”, “avoid that kind of relationship, it’s not worth it”, “get rid on it, never get back!”. Mungkin memang mereka hanya mendengar, dan mengukur kepantasan menurut hemat mereka.

Ada juga yang bilang untuk mengukur kepantasan itu, kita kembalikan saja ke diri kita: “if you want to get someone good as your friend, try to be a good guy”. Karma kah ini? Saya ngga tahu, yang pasti kadang saya takut bicara sebab-akibat sekarang, apalagi yang berhubungan dengan kehidupan sekarang.

Barangkali memang, kita ini tidak terlalu pasti tentang yang pantas atau tidak pantas tersebut. Tetapi justru ketidakpastian itu yang akan membuat kehidupan antar manusia itu interesting, menarik, mungkin juga enjoyable. Kita tidak terlalu pasti (sesungguhnya) apakah yang kita simpulkan sebagai sesuatu yang pantas itu sudah benar dan yang tidak pantas itu memang pantas untuk dihukum sebagai sesuatu yang tidak pantas. Ketidakpastian ini yang akan membuat kita terombang-ambing, dan akhirnya membuat kita lebih peka untuk ber-mawas diri. Lalu kita akan lebih awas terhadap sorotan pantas dan tidak pantas ini, lebih berhati-hati menjaga image kita, yang bukan sekedar "jaim", tapi real image.

To be or not to be…