Wednesday, February 22, 2006

Cinta... (fully inspired by M Sobary)

Saya membaca sesuatu tentang Cinta yang maknanya cukup dalam. Tentang seseorang yang hidup terbuang dan merana karena tak pernah memperoleh cinta. Ia terus-menerus didera pertanyaan, apa artinya cinta, dan cinta pun lalu terasa menjadi tema pokok kisah hidupnya.

Lama-kelamaan, seiring dengan makin matangnya kepribadiannya, seseorang ini menyadari bahwa ia tampaknya keliru, telah terlalu banyak bertanya tentang apa makna cinta, tapi tak pernah terlintas dalam benaknya untuk berpikir tentang apa hidup.

Mungkin hidup memang lebih penting daripada cinta, karena kita toh bisa hidup tanpa cinta.

Ada juga cerita yang melukiskan anak kecil yang hidup tanpa ibu. Tapi di sana dengan jelas digambarkan, manusia bisa hidup tanpa cinta seorang Ibu, tapi tidak tanpa Tuhan. Artinya, sebenarnya kita tak bisa hidup tanpa cinta.

Dan lagi-lagi kita dihadapkan pada perenungan bahwa dalam hidup, biarpun tanpa cinta, dan di saat kita sendirian, tampaknya selalu ada ”seseorang” yang mendampingi kita.

Dengan kata lain, kita selalu didampingi cinta. Tapi kita sering tak tahu. Dan kita tak menyadarinya. Maka, kita pun selalu bertanya apa makna cinta.

Mungkin, sebabnya, karena ada dua jenis cinta. Pertama, cinta yang berisik dan nyinyir, yang harus lahir dalam bentuk kata-kata. Cinta jenis ini mungkin tampak cerdas, penuh argumen, penuh penjelasan, dan karena itu bisa menggema ke mana-mana.

Tapi cinta macam ini agak mudah diobral. Soalnya cinta bisa diperoleh dengan cepat dan risikonya bisa dilupakan dengan cepat pula. Cinta, jatuh cinta, dan menerima cinta, menjadi urusan teknis dan rutin, seperti urusan birokrasi kantor.

”Jadi ini bukan cinta?”

Tetap cinta juga namanya. Tapi ini jenis cinta hiasan bibir. Kita punya cinta dalam sosok lain lagi. Ini cinta dalam renungan Gibran.

”Cinta tidak memiliki ataupun dimiliki. Karena cinta telah cukup untuk cinta.
Cinta tiada berkeinginan selain untuk mewujudkan maknanya”


Dan bagi Gibran, bila benar orang memiliki cinta, maka ia tak akan berkata ”Tuhan ada di dalam hatiku”, melainkan sebaliknya: ”Aku berada di dalam Tuhan”.

Ini jelas bukan cinta hiasan bibir, melainkan mahkota hati. Ini bukan cinta yang meriah dan ceriwis, melainkan cinta yang diam, tak terukur, tak bisa dipamerkan di depan siapa pun.

Monday, February 20, 2006

I'm sorry I didn't make it...

Song from Usher, but I'd like to change the title! :

If love was a bird
Then we wouldn't have wings

If love was a sky
We'd be blue

If love was a choir
You and I could never sing

Cause love isn't for me and you

If love was an Oscar
You and I could never win
Cause we can never act out our parts

If love is the Bible
Then we are lost in sin
Because its not in our hearts

So why don't you go your way
And I'll go mine
Live your life, and I'll live mine
Baby you'll do well, and I'll be fine
Cause we're better off: separated

If love was a fire
Then we have lost the spark
Love never felt so cold

If love was a light
Then we're lost in the dark
Left with no one to hold

If love was a sport
We're not on the same team
You and I are destined to lose

If love was an ocean
Then we are just a stream
Cause love isn't for me and you

So why don't you go your way
And I'll go mine
Live your life, and I'll live mine
Baby you'll do well, and I'll be fine
Cause we're better off: separated

Girl I know we had some good times
It's sad but now we gotta say goodbye
Girl you know I love you, I can't deny
I can't say we didn't try to make it work for you and I
I know it hurts so much but it's best for us
Somewhere along this windy road we lost the trust
So I'll walk away so you don't have to see me cry
It's killing me so, why don't you go

Friday, February 17, 2006

Chastity ?

Apa artinya perawan dalam kehidupan sepasang manusia?
Ketika kebebasan, keingintahuan dicampuradukkan dengan emosi, mungkin ada beberapa aspek yang bisa kita perhatikan secara bebas dan acak:
1. penjagaan harkat dan martabat
2. keingintahuan
3. ikatan moral
4. kebohongan
5. kengawuran (prihatin dengan kata2 ini!)
6. atau bilakah agama diperlukan jika pun dilakukan pada yang berlainan?
7. ilmu

Mungkin 7 points ini bisa kita cukupkan sementara.

Tentu semua ada batas toleransinya. Atau malah sebaliknya akan ada selalu ruang untuk bernegosiasi untuk suatu pemaafan dan akhirnya disudahi dan dimulai lagi dengan sesuatu yang sangat baru.

Tapi saya mengalami, selama nyawa dikandung badan, hampir mustahil semua bisa dimulai dengan yang baru. Hanya satu yang bisa menyebabkan suatu kehidupan baru: mati.

Lantas, bagaimana jika dipilih sikap pasif? Jika kita berada di pihak yang "kena", mungkin sikap pasrah atas keputusan Tuhan adalah juga suatu pilihan. Tapi sekali lagi tapi akhirnya juga akan ada pertanyaan: bisakah di antara rentang waktu pasrah dan tetap menjalankan hubungan tersebut, kita sendiri bisa konsisten menjaga diri untuk tidak juga melakukannya?

Atau jika memang cukup sulit, layakkah untuk dipercepat saja masa pasrahnya, dengan akhirnya mengambil tindakan secepatnya untuk suatu upacara suci? (ini definisi pasrah masih berlaku kah?)

OK, kita bisa, yakin bisa! (dengan pertolongan dan kekuasaan Tuhan). Tuhan Yang Maha Pemurah, Penyayang dan Pengampun. Kita ingin juga punya sifat tersebut tentunya!
...sambil berdoa terus: akankah ada rahmat dibalik semua ini?

Mungkin ketulusan yang berbuah surga. Suatu tindakan "menyelamatkan" seorang anak manusia kepada sesuatu yang dia pun pasti akan merasakan akibatnya: tersiksa dan terpukul pada keseluruhan hidupnya (?).

Ilmu: Saya telah belajar bahwa semua sikap kita harus didasarkan oleh ilmu yang hakiki. Sabar di hati saja tanpa penggunaan akal, juga sulit. Apalagi, hanya menggunakan akal, ya pasti lebih sulit lagi!

Bohong: saya pernah membaca argumen kenapa larangan berbohong ada di satu dari "Ten Commandments" (prohibition of giving false testimony)
Satu kata: ngeri!

Balik lagi, jika akhirnya kita kesulitan untuk memutuskan apa yang akan kita lakukan, perlukah dengan kedewasaan yang kita miliki, masih meminta pendapat orang tua kita ataupun orang yang kita tuakan? Dan kita serahkan keputusannya kepada mereka.

Sambil terus berharap cemas (dengan tidak tahu porsinya, besar yang mana antara harapan dan kecemasan), ridho Tuhan akan melimpahi kehidupan kita hari ini, esok, ketika mati dan kehidupan setelahnya.

Mungkin sederhana saja, dengan lirih berkata: t i d a k . . . . .

Monday, February 13, 2006

...(don't know what to say)

...
She says, "Are you O.K.? I was worried about you
Can you forgive me? I hope that you'll be happy."
I'm so happy that I can't stop crying
I'm so happy I'm laughing through my tears

I saw a friend of mine
He said, "I was worried about you
I heard she had another man,
I wondered how you felt about it?"
I'm so happy that I can't stop crying
I'm so happy I'm laughing through my tears

Saw my lawyer, Mr Good News
He got me joint custody and legal separation
I'm so happy that I can't stop crying
I'm laughing through my tears

I took a walk alone last night
I looked up at the stars
To try and find an answer in my life
I chose a star for me
...
Something made me smile
Something seemed to ease the pain
Something about the universe and how it's all connected

...
We try to do the best within the given time
...

I saw that friend of mine, he said,
"You look different somehow"
I said, "Everybody's got to leave the darkness sometime"
I'm so happy that I can't stop crying
I'm laughing through my tears